hamasiraq_banner )I( Ayo Peduli Dunia Islam )I(

Monday, October 18, 2010

Peta Kekuatan dan Pengaruh Iran di Jazirah Arab

Peta Kekuatan dan Pengaruh Iran di Jazirah Arab[1]


“Iran And Israel Are Need Mutual Enmity” [2] Judul tulisan dari seorang kolumnis Al-Hayat, Raghida Dergham, yang dimuat kemarin 15 Oktober 2010. Dalam tulisannya, Raghida Dergham melihat bahwa apa yang dilakukan Ahmadinejad dan Republik Iran dengan menggelindingkan isu dan wacana penghapusan Israel dari peta dunia, begitupun dengan Syiar-syiar yang senantiasa diteriakkan oleh Iran “kematian bagi Amerika” dan “kepunahan bagi Israel”, semua ini tak lain hanya untuk kepentingan Iran dan ambisi ekspansionis, ingin memperluas pengaruh dan menguasai dunia Islam. Begitupun dengan apa yang dilakukan Israel dengan mengangkat wacana Iran sebagai “garis yang berbahaya”, tak lain adalah untuk mendapatkan simpati dan sokongan finansial, dan memperkuat aliansi militernya dengan Amerika Serikat. Ataupun untuk mendapatkan dukungan senjata nuklir dengan ambisi menghegemoni Timur-Tengah.

Dengan kata lain bahwa isu “permusuhan” adalah kebutuhan bagi dua negara tersebut, untuk mendapatkan simpati dan menggalang kekuatan, yang ujung-ujungnya menghegemoni. Dua negara ini sepanjang sejarah kemunculan Israel sampai sekarang tidak pernah terlibat perang dan tidak ada kebutuhan untuk berperang. Dan korban dari isu permusuhan ini tentunya yang pertamanya adalah Palestina dan kedua adalah Libanon. 

Dalam buku Madkal Ila As-Saiyasat Al-Kharijiyah Lijumhuriyati Iran Al-Islamiyah, Dr. Bitsin Izdy, menyebutkan salah satu teori politik luar negeri Iran yaitu Menghegemoni Al-Amal Fi Ithari Al-Islam, penulis menerjemahkannya dengan Menghegemoni Dunia Islam. Teori ini melihat pentingnya mendayagunakan umat dengan seluruh kemampuannya demi kehidupan dan pertumbuhan dalam tataran masyarakat internasional, maka mereka menginginkan segalanya demi kepentingan dan kemaslahatan umat. Tujuan dari menjadikan Islam sebagai pegangan adalah untuk mendukung posisi Iran dan untuk mencapai keberhasilan segala aktifitasnya dalam dunia internasional. Ketika Iran melakukan aktifitas internasional di dunia Islam, dan juga mendukung gerakan-gerakan Islam (perlawanan), hal ini akan manjadi kekuatan bagi Iran. Dan pengejewantahan dari ini semua,Iran telah memiliki basis ideologi di Libanon, memberikan bantuan ke Afganistan, Hamas dan memiliki hubungan erat dengan Suriah. Hal ini akan mendukung Iran untuk menancapkan pengaruhnya yang lebih luas. 

Cara atau politik seperti ini sama dengan apa yang pernah ditempuh oleh Uni Soviet sebelum keruntuhannya, Soviet pernah menghegemoni karena politik luar negerinya yang “tidak terbatas” dalam memberikan dukungan kepada gerakan-gerakan atau partai-partai yang berideologi komunis, seperti memberikan dukungan ke Kuba dan seluruh gerakan revolusi komunis di dunia[3]Indonesia termasuk yang pernah menjadi korban dari politik ini, dengan kasus G30S PKI.

Jika Iran telah memiliki basis dukungan di Libanon, maka hal ini akan manjadi pendukung kepentigan Iran di dunia internasional. Dan Iran akan menggunakannya kapan saja, jika Iran menghendaki, atau ketika suatu saat Iran menghendaki Hizbullah untuk menyerang kepentingan negara yang memiliki permusuhan dengan Iran. Dengan kondisi seperti ini, Iranbukan hanya sebatas sebuah negara tapi telah menjadi kekuatan internasional yang menikmati hegemoni dan kekuatan dari luar Iran. Dari sini, maka tujuan dari menjadikan Islam sebagai jargon, membangun basis-basis keislaman (husainiayat) di setiap sudut negeri, memperbanyak pengikut Islam (Syiah), dan mengagum-agumkan pemerintahan Republik Iran, semuanya bertujuan untuk menguatkan hegemoni dan mendukung kepentingan Iran.

Selain sejarah panjang imperium Persia yang pernah berjaya selama berabad-abad, yang mengilhami Iran untuk mengembalikan kejayaan itu, Ambisi menghemoni juga tak lepas dari posisi Iran yang Iran berada di pusat Asia Tengah, tempat pertemuan perdagangan antara Timur Asia dan Barat Daya, dan antara Selatan Timur-Tengah dan pusat negara Asia Tengah dan wilayah belakang Kaukaz. Luasnya mencapai 1,648.000 km2., dan jumlah penduduknya mencapai 70 juta jiwa dan mayoritasnya adalah pemuda, Iran juga menjadi negara terbesar penghasil tambang minyak, dan terbesar kedua setelah Rusia sebagai negara penghasil Gaz. Begitupun dengan bagian Utara laut Kaspia yang kaya dengan tambang dan gaz.

Letak dan posisi dan juga kekayaan alam Iran, serta sumber daya manusia dan kekuatan militernya, hingga Iran tidak dibisa ditinggalkan dalam setiap proyek di kawasan ini “Timur-Tengah”. Baik yang sifatnya keamanan, ekonomi dan politik. Iran juga satu-satunya negara yang mengubah konstitusinya secara fundamental, dari sistem Monarki Absolut ke Sistem Islami, wilayatul fakih, sejak tahun 1979.[4]

Cakar Wilayatul Fakih di Teluk Arab[5]

Sengaja penulis, tidak mengangkat dan membahas kelompok-kelompok Syiah yang sudah sering terdengar, seperti Hizbullah di Libanon, Gerakan Bani Sadr di Irak, dan pemberontakan Houtsi di Sha’da Yaman. Karena rata-rata kita sedikit banyak telah mengetahui perkembangannya. Sementara informasi perkembangan Syiah di Teluk Arab masih kurang. Dan juga penulis ingin menanamkan kesadaran sebagai seorang muslim, untuk bangkit dari “tidur yang nyenyak”, tidak sadar dengan bahaya yang mengancam. Keberadaan Syiah adalah ancaman bagi Muslim, baik ancaman kerusakan aqidah, maupun politik.

Oleh karena itu, penulis ingin menambahkan kesadaran dan maklumat baru ancaman dan perkembangan Syiah, dengan mengulas sedikit tentang gerakan Syiah di Teluk Arab yang barafiliasi ke Wilayatul Fakih Iran, dalam hal ini adalah Syiah Imamiyah atau Syiah Itsna Asyariah. Sebagai kelompok Syiah mayoritas dan dan memiliki payung negara yang notabene menganut paham Wilayatul Fakih.

1.      Arab Saudi



Kelompok Syiah di Arab Saudi mendiami wilayah Timur Arab Saudi. Wilayah ini juga disebut wilayah Bahrain, wilayah Bahrain ini mencakup sebagian Kuwait dan Timur Arab Saudi, Bagian Bahrain dan Qatar, dan sebagian wilayah Uni Emirat Arab (UEA). Wilyah inilah yang dikuasai oleh kelompokSyiah Qaramitha[6] sejak akhir abad ketiga di jaman Dinasti Abbasiyah. Dan pada tahun 467 Hijriyah, kerajaan Qaramitha runtuh ditangan Abdullah bin Ali Al-Ayuni, salah seorang tokoh Syiah dari bani Abdul Qais di Bahrain, dengan meminta bantuan kepada Dinasti Saljuk di Bagdad yang dipimpin oleh Malik Shah.

Dan kerajaan ini bertahan sampai tahun 642 Hijriyah, sepeninggalnya perebutan kekuasaan silih berganti. Syiah Qaramitha ini juga pada tahun  317 Hijriyah masuk ke Mekah dan dan membunihi para jemaah haji serta mencuri Hajar Aswad.[7]

Sejak berdirinya Kerajaan Arab Saudi, Syiah Arab saudi dalam kancah perpolitkan dan sistem di arab Saudir tidak menyentuh ranah politik.pada dekade tahun sembilang puluhan terjadi perubahan baru hubungan antara kekuatan oposisi Syiah dan pemerintahan Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi berusaha memenuhi tuntutan Syiah, sebagaimana juga Syiah berusaha secara damai untuk mendapatkan hak-hak kependudukanya secara sempurna. dan lebih khusus saat dengan berkuasanya Revolusi di Iran tahun 1979, kekuatan politik Syiah di Arab Saudi mulai kuat.[8]
Syiah Arab Saudi mayoritas di bagian Timur Arab Saudi yang tersebar di berapa daerah, di antaranya, Daerah Qathib, Al-Ihsa’, Dammam (lebih khusus di distrik Al-Anud, dan distrik lainnya seperti Al-Jaluwiyah, Aziziyah, Nikhal), dan lainnya di daerah Utara, begitupun di  kota Madinah Al-Munawarah dan lebih khusus di distrik Al-Uwaily, dan sebagian kampung di Madinah, seperti Abu Dhaba, Suwayriqiyah, Al-Mahdi dan semua wailayah ini disebut “An-Nakhawilah”.

Jumlah Syiah di Arab Saudi

Terjadi perbedaan terkait dengan jumlah dengan jumlah Syiah di Arab Saudi, dan belum ada perhitungan yang resmi yang membagi penduduk dengan kategori mazhab. Namun sumber non- sunni menunjukkan bahwa jumlah Syiah sekitar 5% dari jumlah penduduk Arab Saudi yang berjumlah 28,686,633 (CIA/The-Word-Fact-Book, Juli 2010), sebagaimana yang dirilis oleh Markaz Randi Al- Amiiriky dan dipublikasikan oleh Pusat Al-Quds Untuk Kajian Politik (Markaz Al-Quds Liddirasaat As-Siyasiyah). Dan sebagian pusat kajian melihat bahwa jumlah Syiah di Arab Saudi mencapai 10 % sebagaimana yang disebarkan oleh Pusat Kajian Ibnu Khaldun dan Sumber Berita Syiah. hal ini menunjukkan jumlah Syiah tidak antara 5 % - 10%.

Gerakan Revolusi dan Politik Syiah

Munadzamah At-tsuarah Al-Islamiyah (Gerakan Revolusi Islam) yang bergerak secara rahasia sejak tahun 1979 dengan nama “Harakah Thalai’ Ar-Rasaaliin”, dan berlanjut sampai tahun 1990 yang kemudian berganti nama dengan “Al-Harakah Al-Ishlahiyah As-Syiiyah”. Gerakan ini adalah bagian dari Revolusi Khumaini di Iran, sebagaimana diungkapkan langsung oleh salah seorang tokoh sentral dari gerakan saat itu yaitu Hasan As-Shafar. Gerakan ini kemudian oleh pemerintah Arab Saudi dibekukan dengan ditangkapnya sekelompok dari unsur pimpinan sistem gerakan ini.


Hibullah – Hijaz, adalah refresentasi dari revolusi Islam di Hijaz, gerakan ini memiliki majalah “Al-Jazirah Arabiyah”, dan terbit volume pertama tahun 1991. Hizbullah Hijaz terbagi menjadi dua bagian, kelompok London yang terdiri dari Taufik As-Saif, Khamsa Alu Hasan, Jakfar As-Syaib dan Dr, Muhammad Jakfar Alu Hasan. Sekembalinya Muhammad Jakfar dan Jakfar As-Syaif ke Arab Saudi mereka kemudian mendirikan gerakan baru bernama“At-Tahaluf Al-Wathany Min Ajly Ad-Dimuqrathiyah” Aliansi Nasional Untuk Demokrasi dan pusatnya di Inggris, gerakan ini juga menerbitkan majalah“Syuun Saudiyah” salah satu majalah oposisi terbit pertama kali Februari 2003. Dan kelempok kedua adalah kelompok Washinton yang dipimping oleh Shadiq Al-Jibran dan Isa Al-Muz’il dan setelah kembali ke Arab Saudi kemudian mendirikan “Harakah Ishlahiyah”, gerakan ini yang kemudian toleransi dan berunding dengan Pemerintah Saudi. Dari sini kita bisa mengatakan bahwa gerakan Hizbullah Hijaz, sengaja dibagi menjadi dua antara Hijzbullah yang berhaluan Revolusi dan militeristik dan Harakah Al-Ishlah yang berhaluan Politik. Ini adalah langkah cerdas agar tak nampak hubungan yang erat antara gerakan revolusi dan Harakah Ishlahiyah.

2.     Kuwait


Masuknya Syiah di Kuwait memiliki kesamaan dengan masuknya Syiah di Arab Saudi, dan Bahrain yaitu di Kawasan tersebut Dinasti Qaramitha pernah berkuasa. [rujuk kembali masuknya Syiah di Arab Saudi]. Adapun jumlah Syiah di Kuwait, sampai saat ini belum ada sensus resmi terkait dengan jumlah Syiah di Kuwait, namun menurut beberapa sumber, menunjukkan bahwa Syiah mencapai 20 % atau sepertiga dari jumlah penduduk Kuwait. Menurut CIA/the word-factbook, jumlah penduduk Kuwait 85 % Muslim yang terbagi menjadi dua yaitu Sunni dan Syiah,(Muslim 85%, Sunni 70%, Shia 30%), other includes, Christian, Hindu, Parsi 15%) dari jumlah penduduk Kuwait yang berjumlah 2,692,526. Dan an mayoritas Syiah mendiami kota Kuwait dan daerah sekitarnya.

Aliran Syiah di Kuwait

Aliran Syiah Kuwait secara garis besar terbagi dalam dua kelempok yaitu faksi sekuler yang lebih cendrung kepemerintah, dan menentang hegemoni kelompok beragama dalam aktifitas Syiah. adapun faksi agamis, bisa dikategorikan menjadi tiga kekuatan atau aliran:

Kekuatan Yang Berafiliasi Ke Iran

Kelompok ini meyakini Sistem Wilayatul Fakih di Iran, masuk dalam aliran ini adalah gerakan Koalisi Islam Nasional (At-Tahaluf AL-Islamy Al-Wathany)yang juga disebut dengan Hizbullah Kuwait. Gerakan ini muncul pasca revolusi Iran 1979, gerakan ini juga ikut terlibat dalam aksi penyerangan jamaah haji di Mekah selama dua tahun 1407-1408 Hijriyah. Tokoh anggota dewan Kuwait yang berafiliasi ke gerakan ini adalah Adnan Abdul Shamad, Abdul Muhsin Jamal, dan Ahmad Haji Lari. Gerakan ini mengalami goncangan besar saat dua anggota dewan Adnan Abdul Shamad dan Ahmad Lary dalam acara penyanjugan pemimpin militer Hizbullah di Libanon: Imad Magniyah, yang terbunuh di kota Damaskus bulan Februari 2008. Dan pemerintah Kuwait menuduh Magniyah terlibat dalam aksi pembajakan pesawat Kuwait tahun 1988, yang menelan korban terbunuhnya 2 penumpang.

Kelompok As-Syirazy

Kelompok ini adalah pengikut dari Marja Muhammad As-Syirazy pendatang dari Irak dan tinggal di Kuwait selama 9 tahun (1971-1980). Dia mendirikan gerakan khusus, dia juga aktif dalam menerbitkan buku. Kelompok ini memiliki banyak pengikut atau “takliders” dari para pemuda. Dan tokoh yang berafiliasi ke kelompok ini di antaranya Muhammad Baqir Al-Mahry, Sekertaris Jendral perkumpulan Ulama Syiah di Kuwait.

Aliran Syaikhy

Juga dikenal dengan nama “Jamaah Ihsaaiyah”, Syaikhyah adalah yang dipimpin oleh Syaikh Ahmad AL-Ihasai, kelompok yang memisahkan diri dari Syiah Imamiyah atau Syiah 12 Imam pada abad ke 19 Masehi

Pengaruh Perubahan Dalam dan Luar Negeri

Intensitas Syiah Kuwait tidak bisa lepas dari peruban dalam negeri Kuwait mauapun dunia internasional (Timur-Tengah), perubahan-perubahan yang terjadi ikut memperngaruhi laju dan tidaknya gerakan Syiah di Kuwait. Dan perang Teluk 1 dan II sangat berpengaruh terhadap perkembangan Syiah di Kuwait.

Perang Teluk Pertama (1980-1990)

Pada saat meletusnya perang Teluk pertama antara Irak dan Iran, Kuwait memihak kepada Irak, lain halnya dengan penganut Syiah di Kuwait, sebgian dari mereka menjadi relawan Iran memerangi Irak. Dan juga terlibat dalam beberapa aksi peledakan di kedutaan-kedutaan asing di Kuwait tahun 1983, serta percobaan membunuh Raja Kuwait, juga ikut dalam aksi pembajakan pesawat.

Perang Teluk Kedua (1990-1991)

Perang Teluk kedua menjadi kesempatan emas bagi Syiah Kuwait untuk memperliahatkan taringnya, kalau pada perang Teluk pertama Kuwait bersama dengan Irak, pada perang Teluk kedua ini, Kuwait menjadi sasarang seragan Saddam Husain. Kondisi ini juga menjadikan Sunni dan Syiah di Kuwait memiliki sikap yang sama, membela dan mempertahankan Kuwait dari serangan Irak.

Begitupun dengan pandangan Kuwait terhadap Iran, mulai berubah yang sebelumnya menjadi musuh pada perang Teluk pertama, pada perang Teluk kedua ini, Kuwait menjadi korban dari rejim Saddam Husain

Kondisi “perubahan pandangan” ini juga didukung dengan meninggalnya Khumaini, yang kemudian digantikan oleh Ali Khamenei dan Hashemi Rafsanjani naik menjadi Presiden Iran. Hal yang diperkirakan oleh dunia bahwa sistem politik baru di Iran muncul, dengan metode berdialog dan toleransi, berbeda dengan Politik Tashdir As-Tsaurah (politik ekspansionis) yang diterapkan oleh Khumeini.[9]

3.                  Bahrain
4.                  UEA
5.                  Kesulthanan Oman

To Be Continued....!!!


[1] Tulisan ini masih prematur dan belum lengkap, Karaeng langitpersia (16/10/.2010) J
[2] Raghida Dergham, Iran And Israel Are Need Mutual Enmiy,www.daralhayat.com, Jumat 15 Oktober 2010.
[3] Dr. Bitsin Izdy Madkal Ila Al-Saiyasat Al-Kharijiyah  Li- Jumhuriyati Iran Al-Islamiyah,. Darut –Tsaqafiyah Kairo, cet. 2000, hal. 45.
[4] Thalal At-Trisi, Jumhuriyatus Sha’bah, Iran Fi tahawwulatiha Ad-Dakhiliyah wa Siyasatuha Al-Iqlimiyah, Dar As-Saqy, cet. 2006, hal. 19
[5] Yang dimaksud semenanjung Arab di sini adalah negara yang masuk ke dalam Gulf Cooporation Council yang beranggotakan 6 negara yaitu Uni Emirat Arab (UEA), Kerajaan Bahrain, Kerajaan Arab Saudi, Kesulthana Oman, Qatar, dan Kuwait
[6] Qaramitha adalah gerakan kebatinan berdasarkan pada keyakinan Syiah Ismailiyah, dan bertopang pada sistem militer secara rahasia, penamaannya dinisbatkan ke Hamdan Qarmith bin As’ats.
[7] Usamah Syahatah dan Haitsam Al-Kausany, Maushuah Syamilah Lil Firaq Al-Muashirah Fil Alam, Tajammuatis Syiah fi Jazirah Arabiyah, Madbuli Mesir, 2008. Hal 71
[8] CNN Al-Arabiyah , Syiah Fi As-Saudiyah, 7/04/07
[9] Maushuah Syamilah Lil Firaq Al-Muashirah Fil Alam, Tajammuatis Syiah fi Jazirah Arabiyah, Usamah Syahatah dan Haitsam Al-Kausany, Madbuli Mesir, 2008, hal. 118-121

1 comment:

  1. blognya isinya militan banget...tp soundtracknya meloow gini yah :D

    ReplyDelete